Jember adalah sebuah wilayah kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jember berada di lereng Pegunungan Iyang dan Gunung Argopuro membentang ke arah selatan sampai dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Jember memiliki luas 3.293,34 Km2 dengan karakter topografi dataran ngarai yang subur pada bagian tengah dan selatan dan dikelilingi pegunungan yang memanjang batas barat dan timur. Kabupaten Jember memiliki 31 Kecamatan, dimana 21 kecamatan merupakan kawasan rawan bencana hidrometeorologi, dimana kawasan-kawasan tersebut rawan bencana banjir, tanah longsor, angin puting berliung, gemlombang tinggi dan lain sebagainya.

Bencana hidrometeorologi yang terjadi di Jember terdiri dari beragam jenisnya, salah satunya yang terjadi pada Januari 2006, dimana terdapat bencana alam berupa banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Panti Kabupaten Jember, dalam kejadian tersebut mengakibatkan korban tewas sebanyak 103. kemudian yang terakhir pada tahun 2021 terjadi banjir yang melanda tiga kecamatan diantaranya adalah Kecamatan Tanggul, Semboro dan Sumberbaru. dari bencana-bencana tersebut penanggulangannya dilakukan pasca kejadian, sehingga pada kesempatan ini kami melakukan pengembangan sistem peringatan dini kebencanaan berupa Early Warning System (EWS) Bencana Banjir, Tanah Longsor, Angin Puting Beliung dan Gelobang Tinggi.

Pengembangan EWS kebencanaan dilakukan sejak tahun 2014, dimana pada tahun tersebut EWS pertama yang dikembangkan adalam EWS Bencana Banjir menggunakan sensor Water Level Contorl (WLC), ditahun yang sama EWS tersebut diaplikasikan pada Desa Pace Kecamatan Silo Kabupaten Jember. selanjutnya pada tahun 2015 dilakukan pengembangan EWS Bencana Banjir dengan sistem yang berbeda, yaitu sistem pelampung dan sensor ultrasonik, pada tahun 2015 alat EWS Bencana Banjir diterapkan pada Desa Suci Kecamatan Panti Kabupaten Jember. pengembangan sistem EWS kebencanaan terus dikembangkan hingga pada tahun 2020 berupa EWS Angin Puting Beliung dan pada tahun 2021 melalui Program Matcing Fund dilakukan hilirisasi produk EWS dengan disertai dengan standarisasi produk. Proses hilirisasi produk EWS melibatkan dunia pendidikan dan IDUKA, sehingga terjadi Link and Match antara pembelajaran di Program Studi D3 Teknik Elektronika dengan mitra industri atau IDUKA

 

Proses hilirisasi produk Early Warning System (EWS) bencana banjir, tanah longsor, angin puting beliung dan gelombang tinggi telah dibuat sebanyak masing-masing 10 unit. dalam perjalanan proses hilirisasi, terdapat tahapan-tahapan yang dilakukan, diantaranya adalah melakukan workshop dan lokakarya dengan pemateri dari mitra industri, pengembangan SDM dan hilirisasi produk EWS yang telah terstandarisasi.

Kegiatan workshop dan lokakarya mengundang mitra sebagai materinya, tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk link and match antara program studi dan mitra industri. bentuk link and match dapat berupa pengembangan kurikulum, perubahan atau penambahan mata kuliah yang singkron dengan mitra industri dan juga sinkronisasi sebelum melakukan hilirisasi produk EWS.

Kegiatan pengembangan SDM bertujuan untuk mempersiapkan pengembangan produk EWS ditahun berikutnya, sehingga menghasilkan produk yang lebih baik dan lebih unggul dari produk yang lain.

Kegiatan hilirsasi produk EWS menghasilkan sebanyak 10 unit EWS bencana banjir, 10 unit EWS bencana puting beliung, 10 unit EWS bencana tanah longsor dan 10 unit EWS bencana gelombang tinggi. masing-masing dari produk tersebut bersama dengan mitra akan dilakukan pemasaran, sehingga program studi dan mitra bersama-sama mempersiapkan starup produk EWS untuk tahun 2022.