Kondisi Hidrometerologi dan Geografi Kabupaten Jember yang berdekatan dengan laut dan gunung menjadikan Kabupaten Jember sebagai kawasan yang rawan bencana alam, seperti banjir, tahan longsor dan Angin Puting Beliung. Kawasan rawan bencana sendiri memiliki pengertian, kawasan yang diindikasikan sebagai kawasan yang sering terjadi bencana, baik bencana letusan gunung, longsor, banjir, angin topan dan gelombang tsunami sehingga dapat berakibat rusaknya lingkungan secara menyeluruh.
Program Studi D3 Teknik Elektronika mengacu pada visi Universitas Jember dan visi Fakultas Teknik “Menjadi Lembaga yang unggul dan kompetitif dalam mendidik dan meningkatkan sumber daya manusia, mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan pendidikan vokasi di bidang teknologi Elektronika nika yang berwawasan lingkungan”. Melihat potesi bencana yang masif, Program Studi D3 Teknik Elektronika mengembangkan teknologi kebencanaan untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi. Pengembangan Teknologi ini dimulai dari pembelajaran yang dilakukan mahasiswa hingga kegiatan tridarma yang dilakukan oleh dosen dimulai pada tahun 2013 hingga sekarang. Awal mula pengembangan teknologi kebencanaan berupa prototipe deteksi dini bencana banjir, Teknologi Kebencanaan EWS (Early Warning System) dikembangkan dengan kolaborasi antara mahasiswa dan dosen. Pengembangan prototipe deteksi dini bancana banjir diterapkan pada tahun 2014, penerapan tersebut dilakukan karena adanya bencan banjir dibeberapa daerah di Kabupaten Jember.Pengembangan selanjutnya dilakukan pada Tahun 2015-2016, untuk deteksi longsor dengan pengabdian dan penelitian yang melibatkan mahasiswa. Terakhir pada tahun 2017 sampai tahun 2020, pengembangan deteksi angin puting beliung yang telah dipasang di beberapa tempat melalui program pengabdan Kemenristek dikti.
Program Studi D3 Teknik Elektronika Universitas Jember akan meningkatkan kualitas pendidikan vokasi dengan mengembangkan teaching factory EWS. Media teaching factory dalam peningkatan kualitas pembelajaran vokasi merupakan sarana dalam menjalin kerjasama prodi dengan dunia usaha, dunia industri dan instansi terkait teknologi kebencanaan. Prodi vokasi Teknik Elektronika Universitas Jember, telah melakukan inisiasi kerjasma dengan industry
, Instansi pemerintah seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Distrik Navigasi Kelas I Surabaya.
Bencana hidrometerologi yang terjadi di Kabupaten Jember masih membawa ancaman yang serius karena adanya korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar seperti yang digambarkan pada Gambar 3.1. Guna mengantisipasi kerugian yang sama di masa mendatang diperlukan peningkatan kapasitas masyarakat melalui pembuatan sistem peringatan dini di bangunan-bangunan infrastruktur pengendali bencana. Tujuannya adalah memberikan kesiapan akan tanggap darurat banjir, sehingga pada saat terjadi naiknya permukaan air di bangunan pengendali banjir masyarakat dapat siap mengevakuasi diri ke tempat yang aman. Dengan meningkatkan kapasitas aspek sosial, diharapkan kerugian dan kerusakan akibat bencana dapat diminimalkan. prinsip kerja alat sensor adalah mengetahui paraeter bencana secara otomatis.
Tanggal 31 Desember 2005 dan 1 Januari 2006 terjadi bencana alam yang menimpa pada 11 (sebelas) wilayah kecamatan, yakni, Kecamatan Tanggul, Arjasa, Sukorambi, Panti, Rambipuji, Patrang, Kaliwates, Wuluhan, Balung, Puger, dan Sumberjambe. Dari 11 wilayah tersebut, 1 (satu) wilayah yang paling parah terkena banjir (banjir bandang), yaitu Kecamatan Panti, sedangkan untuk 10 wilayah kecamatan lainnya masuk dalam kategori musibah ringan (BPBD Kabupaten Jember).
Menurut BPBD Kabupaten Jember, bencana alam banjir Panti 2006 telah merenggut nyawa sebanyak 73 orang dan jumlah penduduk yang diungsikan sebanyak 7605 jiwa. Jumlah 12
rumah yang rusak sebanyak 385 buah dan merusak beberapa fasilitas umum seperti jembatan, puskesmas, masjid. Bencana ini merupakan akibat dari kesalahan manusia. Pegunungan Argopuro sebagai kawasan lindung yang merupakan daerah untuk resapan air kini beralih menjadi perkebunan serta adanya pembalakan liar yang mengakibatkan tidak terserapnya air ke dalam tanah secara maksimal. Hal ini diperparah dengan keadaan topografi Kecamatan Panti yang daerahnya sendiri termasuk daerah yang rawan longsor. Banjir bandang yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan rusaknya sebagian besar sarana dan prasarana di Kecamatan Panti ini merupakan akibat dari kurangnya sistem informasi kebencanaan berupa sistem informasi peringatan dini terhadap bencana banjir sehingga pada saat hujan yang cukup deras melanda di wilayah ini dan berpotensi mengakibatkan banjir
Rencana Hilirisasi Alat EWS dilakukan mulai dari tahun 2020-2024 dapat dilihat target kinerja yang dijalankan. Tahapan kegiatan yang sudah; sedang dan akan dilaksanakan dalam proses standarisasi produk.Pengaplikasian prototipe deteksi dini bencana dilakukan Tahun 2014-2015 melalui program Pengabdian Masyarakat yang didanai oleh Kemenristek Dikti. Kegiatan ini juga disinkronasikan dengan kegiatan penelitian sensor yang dilakukan di laboratorium. Setelah uji coba berhasil, pemasangan Sensor banjir dilakukan tebing sungai di wilayah mitra yaitu Kecamatan Silo, sehingga akan memberikan keefektifan dalam mengevakuasi warga lebih dini dalam menghadapi bencana banjir. Sensor banjir tentunya akan lebih berguna jika pembuatannya dilakukan diwilayah yang padat penduduk. Sehingga dapat mengurangi korban akibat banjir yang sangat cepat. Dengan demikian potensi bencana banjir akan semakin berkurang. Alat akan dimasukkan ke dalam sebuah panel dan dipasang secara horizontal menggunakan pipa besi setinggi 3 Meter sedangkan dudukannya terbuat dari beton. Supaya tidak terganggu oleh hambatan dari luar sensor diletakkan menghadap kearah bawah tepat ditengah-tengah pipa besi yang digunakan sebagai penyangga. Untuk menghindari pembacaan ketinggian yang kurang akurat maka didalam pipa besi tersebut ditambahkan pelampung yang dapat mengilkuti naik turunnya air. Perhitungan ketinggian air dapat dilakukan dengan menghitung perbedaan antara ketinggian pipa dengan jarak yang dideteksi oleh sensor ultrasonik
Kondisi Lingkungan Dusun Curah Wungkal. Secara administrasi wilayah lingkungan sumberdandang berada di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Lingkungan Sumberdandang membawahi 6 Rukun Warga. Lokasi Permasalahan yang diangkat dalam topik ini berada warga yang tinggal di bantaran Sungai Sanen.Tata guna lahan kawasan ini berupa, pemukiman penduduk, pemakaman umum, perkebunan, hutan lindung, jalan desa. Dilihat dari demografi dusun Curah Wungkal mempunyai penduduk 6000 jiwa. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai Petani Hutan. Tingkat pendidikan penduduk sebagian besar adalah SD.
Kondisi Lingkungan Dusun Karang Tengah Kecamatan Silo Secara administrasi wilayah lingkungan ini berada di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Lingkungan ini membawahi 5 Rukun Warga. Lokasi Permasalahan yang diangkat dalam topik ini berada pada Rukun warga (RW) yang tinggal di bantaran Sungai. Tata guna lahan dussun ini berupa, permukiman penduduk, makam, perkebunan, hutan lindung, Jalan Desa. Dilihat dari demografi kawasan dusun Karang Tengah mempunyai penduduk kurang lebih 5000 jiwa. Sebagian besar penduduk kawasan dusun Karang Tengah berprofesi sebagai Petani Hutan. Sebagian penduduk berprofesi sebagai kerja swasta. Tingkat pendidikan penduduk di kawasan ini berpendidikan SD.
Teknologi kebencanaan EWS juga dikembangkan untuk pendeteksian bencana tanah longsor, pengembangan alat deteksi tanah longsor dilakukan mulai tahun 2016 hingga 2017, penerapan teknologi deteksi dini tanah longsor telah di uji coba secara langsung melalui pengabdian kepada masyarakat yang didanai Kemenristek Dikti dan disinkronasikan dengan penelitian sensor di laboratorium. Pengabdian tersebut dilakukan di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Bencana Tanah Longsor yang terjadi di Kecamatan Panti, Kabupaten Jember masih meninggalkan kekawatiran pada masyarakat Tujuannya adalah memberikan kesiapan akan tanggap darurat bencana longsor, sehingga pada saat terjadi gerakan tanah mikro di lokasi rawan longsor, masyarakat dapat siap mengevakuasi diri ke tempat yang aman. Dengan meningkatkan kapasitas aspek sosial, diharapkan kerugian dan kerusakan akibat bencana tanah longsordapat diminimalkan. Prinsip kerja alat adalah mengetahui pergerakan tanah mikro secara otomatis.
Kondisi Lingkungan Gaplek Barat Lingkungan Gaplek Barat secara administrative berada di Dusun Gaplek RT 01 RW 11 Desa Suci Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. Lingkungan Gaplek Barat membawahi 5 RT. Lokasi ini merupakan daerah yang terdampak dan merupakan rawan bencana tanah longsor. Tata guna lahan kawasan ini berupa pemukiman penduduk, pemakaman umum, perkebunan, hutan, jalan desa. Dilihat dari demografi wilayah ini mempunyai penduduk 3000 jiwa. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai Petani. Tingkat pendidikan penduduk Sebagian besar adalah SD. Kondisi Lingkungan Gunung Pasang Secara administrasi Lingkungan Gunung Pasang berada diDusun Gaplek RT 01 RW 16 Desa Suci Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. Lingkungan Gunung Pasang membawahi 4 RT. Lokasi Permasalahan yang berada pada Rukun Warga (RW) yang tinggal di kaki perbukitan. Tata guna lahan dusunini berupa, permukiman penduduk, makam, perbukitan, hutan dan jalan desa. Dilihat dari demografi Kawasan dusun ini mempunyai penduduk kurang lebih 400 jiwa. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai Petani kebun. Sebagian penduduk berprofesi sebagai kerja buruh perkebunan. Tingkat pendidikan penduduk di kawasan ini berpendidikan SD
Pemasangan alat deteksi tanah longsor dilakukan seperti Gambar 2.4, Pemasangan alat pendeteksi longsor diposisikan di bagian lereng di dekat rumah warga sehingga akan memberikan kecepatan untuk mengevakuasi warga lebih dini dalam menghadapi bencana tanah longsor. Alat sensor pendeteksi tentunya akan lebih berguna jika pembuatannya dilakukan diwilayah yang padat penduduknya. Sehingga dapat mengurangi korban akibat tanah longsor yang sangat cepat. Dengan demikian potensi bencana tanah longsorakan semakin berkurang.